Short Course Manajemen Resiko di Australia


Bagian I

 Alhamdulillah, saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Risk Management short course di Australia, tepatnya di Queensland University of Technology (QUT). Risk management (manajemen resiko)  adalah bidang yang sangat baru buat saya karena saya belum pernah mempelajarinya. Terlebih lagi bahwa Risk Management juga belum diterapkan di kantor Kemensetneg. Saya yakin bahwa training ini akan sangat berguna bagi saya pribadi dan organisasi. Disamping mempelajari ilmu baru, saya juga berkesempatan untuk mengenal orang-orang pilihan dari kementerian lain. Dan hal yang paling menarik adalah saya akan kembali ke Australia, it will be an amazing experience, again”. Saya juga akan berkesempatan bertemu dengan para profesional dibidang Risk Management di Australia. “What a wonderful moment”. Saya akan menceritakan pengalaman saya selama di sana dan apa saja yang saya dapatkan selama mengikuti short course selama dua minggu dari tanggal 15 s.d 30 April 2016 di Australia, tepatnya di Brisbane, Canberra, dan Sydney.

Brisbane, Queensland

 Hari pertama sampai dengan hari ketujuh, saya berkesempatan untuk belajar tentang pengertian risk management di kampus QUT. Mengapa risk management dibutuhkan oleh organisasi, bagaimana membangung risk culture di organisasi karena hal ini sangat penting supaya setiap pejabat dan pegawai sadar bahwa resiko pasti ada dalam setiap pekerjaan. Hal lain yang juga penting adalah kami diperkenalkan risk management framework dan risk management process. Teori tersebut diberikan oleh mentor kami di QUT yang memang ahli di risk management yaitu Bob McDonald dan Cathy Blunt. Bob McDonald dan Cathy Blunt adalah seorang profesional dibidang risk management khususnya di sektor publik. Mereka sangat jelas dan sabar dalam mengajar kami apalagi tidak semua dari peserta mempunyai dasar tentang ilmu ini kecuali peserta yang memiliki latar belakang auditor. Saya yang masih bingung apa itu risk management, sampai akhirnya bisa lebih paham setelah satu minggu mengikuti setiap kegiatan.

Pengertian risk atau resiko di dalam ISO 31000 adalah as the effect of uncertainty on objectives. Tentunya setiap perusahaan atau organisasi pasti mempunyai resiko yang dapat mempengaruhi tujuan organisasi. Oleh karena itu, manajemen resiko diperlukan untuk bisa mengurangi, mengontrol dan menghindari atau mungkin menerima resiko. Di Australia, kebanyakan organisasi baik dari sektor swasta maupun sektor publik sudah menerapkan manajemen resiko karena dapat memberikan nilai bagi organisasi dan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.

Mungkin bagi orang awam terhadap manajemen resiko seperti saya ini, pertanyaan yang ada dalam pikiran saya adalah apa contoh resiko dari suatu organisasi dan bagaimana mereka mengelola resiko. Dan ternyata jawaban dari pertanyaan tersebut membutuhkan jawaban yang komprehensif, karena manajemen resiko adalah suatu proses yang continue dan butuh komitmen dari pimpinan maupun pegawai. Proses manajeman resiko terdiri dari beberapa tahapan dan  membutuhkan komitmen yang tinggi dari pejabat tinggi, kalau yang bekerja di kementerian seperti saya mungkin komitmen dari menteri dan level eselon satu.

 Rasanya tidak enak kalau sudah jauh-jauh training ke negeri orang namun kita hanya duduk di kelas. Oleh karena itu saya salut dengan QUT dan tentunya Australia Awards yang sudah memberikan komitmen yang tinggi untuk memberikan ilmu manajemen resiko ini. Kami berkunjung ke beberapa instansi di Brisbane untuk melihat secara langsung proses manajemen resiko. Hal yang menarik adalah ketika kami berkunjung ke Queensland Rail, atau kalau di sini seperti PT Kereta Api Indonesia. Mereka sudah menerapkan manajemen resiko mulai dari identifikasi resiko, analisa resiko, dan evaluasi resiko dan bagaimana mereka memperlakukan resiko.

Kita dapat membagi resiko dalam tingkatan seperti resiko tingkat tinggi, sedang dan rendah. Sebagai transportasi sektor publik, resiko yang muncul adalah kecelakaan kereta, kerusakan kereta, keamanan di kereta, keterlambatan kereta, atau orang yang bunuh diri di rel kereta (ini juga terjadi di Australia), dan resiko tingkat tinggi adalah adanya ancaman bom di stasiun kereta (menyusul adanya bom di transportasi publik di Eropa). Salah satu bagaimana mengurangi resiko untuk orang yang bunuh diri di rel kereta adalah dengan membuat pagar di sepanjang rel kereta yang sudah mulai dilakukan di Queensland Rail. Setelah cara untuk mengurangi resiko dilakukan, tentunya harus ada proses monitoring dan reviu, juga komunikasi dan konsultasi di proses manajemen resiko.

Contoh yang menarik lainnya adalah manajemen resiko untuk bencana di Queensland. Queensland adalah negara bagian di Australia yang sangat rentan terhadap bencana alam. Di Queensland pernah terjadi bencana banjir besar pada tahun 2012. Untuk meminimalisir resiko dari bencana alam, maka pemerintah negara bagian Queensland mengelola resiko dengan berbagai langkah. Diantaranya adalah membuat “Disaster Management Plan”, mendeskripsikan peran dan tanggung jawab dari setiap instansi untuk menanggulangi bencana, dan memberikan informasi kepada publik tentang bencana yang akan terjadi, juga berkomunikasi secara reguler dengan instasi lain karena penanggulangan bencana melibatkan lintas instansi.

Dalam mengimplentasikan manajemen resiko biasanya instansi mengacu kepada ISO 31000, yang diantaranya menjelaskan tentang risk management faramework dan risk management process. Framework adalah dasar aturan sebagai pondasi bagi organisasi untuk mendesain, mengimplementasikan, memonitor, mereviu, dan secara continue mengembangkan manajemen resiko di organisasi tersebut. Di dalam framework ini biasanya juga terdapat pernyataan dari organisasi untuk berkomitmen menerapkan manajemen resiko. Sedangkan proses manajemen resiko terdiri dari identifikasi resiko (keuangan, operasional, reputasi, teknologi, sumbe daya manusia, dll), analisa resiko (menentukan likelihood dan consequences), dan evaluasi resiko yaitu menilai resiko dengan memprioritaskan resiko mana yang harus dikurangi atau dikontrol. Sepanjang proses ini  harus ada proses monitoring dan reviu, juga komunikasi dan konsultasi.

 Kegiatan yang paling menyenangkan di Brisbane adalah kami bisa makan malam bersama dengan para profesional manajemen resiko di perusahaan swasta maupun publik yang menjadi pembicara tamu di training ini. Dan kegiatan ini menarik karena saya dapat membangun networking dengan mereka. Mereka sangat ramah untuk menjawab setiap pertanyaan. Obrolan kami tentunya bukan lagi tentang manajemen resiko namun hal-hal yang berhubungan dengan Australia, seperti makanan asli Australia, hubungan Indonesia dan Australia, dll. Jadi saat ini saya memiliki kesempatan untuk bertanya kepada mereka by email jika ingin mendalami menajemen resiko.

Setelah lima hari diberikan materi dan berkunjung ke beberapa instansi di Brisban maka hari Sabtu adalah saatnya jalan-jalan. Kami sangat excited karena akan berkunjung ke Gold Coast. Pantai yang sangat indah di Brisbane dengan pasir putihnya dan latar belakang gedung-gedung tinggi, tentunya menjadi daya tarik bagi turis asing. Ini adalah kedua kalinya saya berkunjung ke Gold Coast. Kami juga bisa melihat Gold Coast dari atas gedung atau sky tower, walaupun saya takut ketinggian namun pengalaman ini sangat menyenangkan. Dari atas tower maka saya belajar bagaimana pemerintah Australia menata kota dengan sangat teratur dan indah. Ah, andaikan saja kota saya di Jakarta seperti Gold Coast hehe, nggak papa kan kalau saya punya mimpi seperti itu. Dan tidak lupa pula kami berfoto dengan si imut koala dan kangguru di Currumbin Wildlife Sanctuary.

Oia, dalam short course ini kami juga diwajibkan untuk membuat project yang dapat diimplementasikan di kantor. Ini adalah tugas yang sangat manantang hehe. Dan terus terang saya sangat tertarik dengan ilmu baru ini, manajemen resiko belum pernah diterapkan di kantor saya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang manajemen resiko akan sangat berguna bagi organisasi saya yaitu Biro SDM Kemensetneg. Saya ingin manajemen resiko dapat diimplementasikan paling tidak dalam lingkup yang paling kecil seperti di subbagian atau bagian di Biro SDM.

Dari pengalaman di Brisbane ini saya belajar banyak hal, mulai dari materi training itu sendiri, orang-orang Australia yang ramah dan menghargai sesama, dan penataan kota yang luar biasa ciamik. Saya saja betah untuk lama-lama tinggal di sana 🙂 . Itulah sekilas pengalaman training saya di Brisbane, namun saya masih punya cerita tentang pengalaman training selanjutnya yang diadakan di Canberra dan Sydney yang tidak kalah menariknya dengan di Brisbane. Tunggu tulisan saya selanjutnya 🙂

Salam

Asni